Keberanian adalah sebuah kualitas yang memaksimalkan.
Jika Anda berani, Anda akan memaksimalkan kebesaran dan ketinggian dari yang ingin Anda capai. Yang selain itu, adalah pembatasan kebebasan hati.
Jika Anda berani, Anda akan memaksimalkan upaya Anda untuk mencapai yang Anda inginkan. Yang selain itu, adalah pembatasan kesediaan bekerja.
Jika Anda berani, Anda akan memaksimalkan tanggung-jawab yang Anda pikul. Yang selain itu, adalah pembatasan potensi.
Jika Anda berani, Anda akan memaksimalkan ukuran dan nilai dari kontribusi Anda. Yang selain itu, adalah pengkerdilan hak untuk menerima.
Jika Anda berani, Anda akan memaksimalkan peran yang Anda minta dari Tuhan. Yang selain itu, adalah pengecewaan tujuan hidup Anda.
RASA MALAS MU TAK AKAN MENGKERDILKAN MU,
JIKA ENGKAU TAK BERLAKU MALAS.
JIKA ENGKAU TAK BERLAKU MALAS.
Kita berangkat bekerja untuk mencapai keberhasilan.
Tetapi ada yang berangkat hanya agar tidak terlambat,
agar tidak dimarahi, atau agar kelihatan ada.
Apakah alasan Anda?
Sadarilah bahwa Anda hanya sepenting alasan Anda.
Semakin kuat alasan Anda, akan semakin kuat upaya Anda.
Maka berhentilah sejenak,
dan pikirkanlah alasan bagi kerja keras Anda,
alasan bagi semua beban yang Anda pikul,
dan alasan bagi pencapaian dari semua impian Anda.
Ketahuilah bahwa seseorang belum sepenuhnya hidup,
sampai dia mengetahui untuk apakah kehidupannya.
………..
RASA MALAS MU TAK AKAN MENGKERDILKAN MU,
JIKA ENGKAU TAK BERLAKU MALAS.
………..
Adik ku yang dititipkan oleh ibu mu kepada ibu ku,
Ketahuilah bahwa dalam malam-malam tak bertidur, dalam baring ku di tempat tidur yang tak mengantukkan ku,
aku memilih untuk tetap terjaga mendengarkan gema lamat dari rintihan hati mu, daripada mengupayakan tidur yang telah lama menjadi hak badan ku yang letih.
Adik ku, ketahuilah ini …,
bahwa aku juga sering menemukan diriku sedang berkeluh-kesah tentang tidak mudahnya kehidupan ini, dan aku menenggelamkan diri dalam perasaan seperti terbius dalam kenikmatan perasaan lemah dan tak berdaya.
Memang perasaan lemah tak berdaya itu bisa terasa nikmat sekali.
Tetapi aku tahu, itu perasaan yang hanya akan mencandui diriku dengan penikmatan kelemahan, yang akan semakin menjauhkan diriku dari sifat asli ku yang mensyukuri kualitas-kualitas terpuji, dan yang haru dalam peran-peran yang membesarkan kehidupan.
Maka, adik ku yang sejatinya dilahirkan dengan kekuatan-kekuatan yang mengagumkan,
teruskanlah keluhan dan rintihan mu itu, se-panjang yang dapat kau teruskan …,
asal engkau melandasi semua keluhan mu dengan kesadaran bahwa engkau lah satu-satunya diri yang bertanggung-jawab bagi kebaikan hidup mu sendiri.
Teruskanlah mengeluh dan menyalahkan kehidupan,
se-lama mungkin …,
asal engkau tahu bahwa pada akhirnya engkau lah yang harus mengubah diri, agar kehidupan mengubah perlakuannya kepadamu.
Yang akan ku katakan ini - mungkin tidak baru bagi mu, tetapi mudah-mudahan bisa memperbarui pengertian mu, bahwa
Hidupmu diperebutkan oleh kekuatan-kekuatan yang akan menguntungkan atau merugikan diri mu, jika engkau berpihak kepada salah satu darinya.
Maka pihaki lah kekuatan yang berniat membesarkan mu, walau mungkin engkau tak menyukai cara-caranya.
Perhatikanlah,
dengan hati yang berpihak kepada yang baik.
Kekuatan-kekuatan kebaikan,
menyambut mu dengan mengibarkan semangat kebahagiaan dan aroma kesurgaan,
bagi pencapaian kemuliaan dirimu dan bagi kecemerlangan nilai keberadaan mu bagi kebaikan kehidupan.
Semuanya ditujukan agar engkau menjadi pribadi yang sejahtera, yang berbahagia, dan yang cemerlang.
Tetapi, kekuatan-kekuatan yang tidak menyukai kebaikan yang dapat kau capai,
merayukan penikmatan dari kemalasan dan penundaan,
membisikkan penderitaan dari kegagalan yang akan kau temui dalam rencana-rencanamu,
dan mentenagai kekhawatiran dan ketakutan-ketakutanmu.
Dan semuanya ditujukan agar engkau tidak mencapai kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecemerlangan hidupmu.
………..
Dan ini yang sudah lama ingin kutanyakan kepada mu,
adik ku yang hatinya rindu bagi hidup yang baik,
Kekuatan manakah yang kau pihaki?
Apakah engkau berpihak kepada yang membesarkan semangat mu untuk mencapai semua yang mungkin kau capai,
atau
apakah engkau berpihak kepada yang membesarkan kekhawatiran dan ketakutan mu,
yang mencegah dirimu dari tindakan-tindakan perbaikan yang lebih tegas,
dan yang melatih mu untuk merasa benar dalam sikap dan pikiran yang salah,
dan yang membuatmu tak malu menyalahkan semua orang atas kelemahan hidup yang kau sebabkan sendiri?
Maka terimalah ini, bahwa
Orang malas adalah orang yang tidak bangga dengan dirinya sendiri,
yang tidak melihat dirinya penting bagi keluarga dan orang lain,
dan tidak perduli dengan perasaan orang yang mengharapkan kebaikan dari yang bisa dilakukannya.
………..
Adik ku yang baik hatinya,
Rasa malas yang menguasai orang hebat, adalah kekuatan yang menjadikannya sama tidak-berguna-nya dengan orang lemah yang membakati kemalasan.
Maka janganlah engkau membakati kemalasan.
Karena ketahuilah, bahwa
Bahkan setan pun tidak tertarik untuk mengganggu orang malas.
Karena, kemalasan itu sudah lebih dari cukup untuk mengkerdilkan kehidupan anak manusia, apa pun kehebatan yang aslinya ada pada dirinya.
Dan jika engkau sedang memanjakan kemalasan dalam dirimu, sadarilah bahwa
Rasa malas itu bukanlah kelemahan.
Rasa malas adalah kekuatan yang sangat luar biasa keefektifannya untuk mengkerdilkan kehidupan.
Telah berapa banyakkah jiwa-jiwa yang sejatinya dilahirkan mulia dan berbakat menjadi pemimpin besar, yang dikerdilkan oleh rasa malas?
Hidupmu diperebutkan oleh kekuatan-kekuatan yang akan menguntungkan atau merugikan diri mu, jika engkau berpihak kepada salah satu darinya.
Maka pihaki lah kekuatan yang berniat membesarkan mu, walau mungkin engkau tak menyukai cara-caranya.
Perhatikanlah,
dengan hati yang berpihak kepada yang baik.
Kekuatan-kekuatan kebaikan,
menyambut mu dengan mengibarkan semangat kebahagiaan dan aroma kesurgaan,
bagi pencapaian kemuliaan dirimu dan bagi kecemerlangan nilai keberadaan mu bagi kebaikan kehidupan.
Semuanya ditujukan agar engkau menjadi pribadi yang sejahtera, yang berbahagia, dan yang cemerlang.
Tetapi, kekuatan-kekuatan yang tidak menyukai kebaikan yang dapat kau capai,
merayukan penikmatan dari kemalasan dan penundaan,
membisikkan penderitaan dari kegagalan yang akan kau temui dalam rencana-rencanamu,
dan mentenagai kekhawatiran dan ketakutan-ketakutanmu.
Dan semuanya ditujukan agar engkau tidak mencapai kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecemerlangan hidupmu.
………..
Dan ini yang sudah lama ingin kutanyakan kepada mu,
adik ku yang hatinya rindu bagi hidup yang baik,
Kekuatan manakah yang kau pihaki?
Apakah engkau berpihak kepada yang membesarkan semangat mu untuk mencapai semua yang mungkin kau capai,
atau
apakah engkau berpihak kepada yang membesarkan kekhawatiran dan ketakutan mu,
yang mencegah dirimu dari tindakan-tindakan perbaikan yang lebih tegas,
dan yang melatih mu untuk merasa benar dalam sikap dan pikiran yang salah,
dan yang membuatmu tak malu menyalahkan semua orang atas kelemahan hidup yang kau sebabkan sendiri?
Maka terimalah ini, bahwa
Orang malas adalah orang yang tidak bangga dengan dirinya sendiri,
yang tidak melihat dirinya penting bagi keluarga dan orang lain,
dan tidak perduli dengan perasaan orang yang mengharapkan kebaikan dari yang bisa dilakukannya.
………..
Adik ku yang baik hatinya,
Rasa malas yang menguasai orang hebat, adalah kekuatan yang menjadikannya sama tidak-berguna-nya dengan orang lemah yang membakati kemalasan.
Maka janganlah engkau membakati kemalasan.
Karena ketahuilah, bahwa
Bahkan setan pun tidak tertarik untuk mengganggu orang malas.
Karena, kemalasan itu sudah lebih dari cukup untuk mengkerdilkan kehidupan anak manusia, apa pun kehebatan yang aslinya ada pada dirinya.
Dan jika engkau sedang memanjakan kemalasan dalam dirimu, sadarilah bahwa
Rasa malas itu bukanlah kelemahan.
Rasa malas adalah kekuatan yang sangat luar biasa keefektifannya untuk mengkerdilkan kehidupan.
Telah berapa banyakkah jiwa-jiwa yang sejatinya dilahirkan mulia dan berbakat menjadi pemimpin besar, yang dikerdilkan oleh rasa malas?
Suasana pasar pagi yang mulai sibuk sebelum matahari terbit.
Maka adik ku yang sangat ku kasihi,
janganlah engkau bergabung dalam antrian orang-orang renta yang lemah dan sedih, yang tadinya adalah bayi-bayi mungil yang ceria, polos, dan spontan menginginkan kebesaran dan kemuliaan hidup, tetapi yang telah berhasil di-tersungkur-kan oleh kemalasan.
Jika mereka sudah tahu hasil akhir dari keberpihakan mereka kepada kemalasan,
mengapakah mereka meneruskan hidup dalam fatamorgana kemalasan,
yang hanya akan memanjangkan kehidupan yang tua, lemah dan yang penuh dengan kesedihan?
Dan, yang lebih menyedihkan, mereka menyalahkan semua orang selain dirinya sendiri.
Adik ku yang tidak boleh meragukan kecerdasannya sendiri, ketahuilah bahwa
Menyalahkan orang lain atas buruknya kehidupan, adalah reaksi alamiah orang yang malas memperbaiki kehidupannya sendiri.
Menjadi malas, atau bertindak, adalah pilihan pikiran mu sendiri, dan tidak boleh kau serahkan kepada keputusan dari badan mu yang sedang yang lemah dan letih.
Maka tanyakanlah ini kepada diri mu sendiri,
Apakah yang lebih menarik bagi mu?
Menjadi pribadi malas dan lemah, atau menjadi pribadi aktif, yang melakukan banyak hal berguna bagi kebaikan diri atau orang lain?
Aku tahu bahwa engkau akan berpihak kepada pikiran dan sikap yang membesarkan mu,
bahwa engkau akan menggunakan waktu mu dengan baik,
dan bahwa engkau sadar - bahwa waktu mu di sebut baik jika yang kau lakukan di dalamnya adalah kebaikan.
Aku tahu bahwa engkau menyadari, bahwa
Pribadi yang malas dan lemah, sebetulnya sedang menyerahkan penggunaan waktunya untuk menjadi semakin terbiasa dengan kemalasan dan kelemahan.
Dan setelah dia sepenuhnya terlatih dalam kemalasan, dia akan menggunakan kemalasan untuk menolak apa pun yang bisa memperbaiki kehidupannya yang lemah.
Dia tidak memiliki ketertarikan kepada yang selain kemalasan.
Karena, dia rajin hanya untuk satu hal.
Dia sangat rajin untuk bermalas-malasan.
Dan aku tahu bahwa itu bukanlah diri mu.
Engkau jauh dari itu, bahkan jauh dari yang kadang-kadang kau sangkakan atas diri mu sendiri.
Sebetulnya engkau adalah pribadi yang pandai; yang terkadang belum menggunakan kepandaiannya untuk menghebatkan dirinya.
Maka ketahuilah ini, bahwa
Seorang yang pandai dan rajin, tetapi yang sedang sakit keras, dan sudah berbaring lemah di ranjang penantian akhir kehidupannya – tidak memiliki perbedaan dari seorang muda yang sehat, cerdas, dan berbakat, tetapi yang tidak berupaya mengalahkan kemalasannya.
mengapakah mereka meneruskan hidup dalam fatamorgana kemalasan,
yang hanya akan memanjangkan kehidupan yang tua, lemah dan yang penuh dengan kesedihan?
Dan, yang lebih menyedihkan, mereka menyalahkan semua orang selain dirinya sendiri.
Adik ku yang tidak boleh meragukan kecerdasannya sendiri, ketahuilah bahwa
Menyalahkan orang lain atas buruknya kehidupan, adalah reaksi alamiah orang yang malas memperbaiki kehidupannya sendiri.
Menjadi malas, atau bertindak, adalah pilihan pikiran mu sendiri, dan tidak boleh kau serahkan kepada keputusan dari badan mu yang sedang yang lemah dan letih.
Maka tanyakanlah ini kepada diri mu sendiri,
Apakah yang lebih menarik bagi mu?
Menjadi pribadi malas dan lemah, atau menjadi pribadi aktif, yang melakukan banyak hal berguna bagi kebaikan diri atau orang lain?
Aku tahu bahwa engkau akan berpihak kepada pikiran dan sikap yang membesarkan mu,
bahwa engkau akan menggunakan waktu mu dengan baik,
dan bahwa engkau sadar - bahwa waktu mu di sebut baik jika yang kau lakukan di dalamnya adalah kebaikan.
Aku tahu bahwa engkau menyadari, bahwa
Pribadi yang malas dan lemah, sebetulnya sedang menyerahkan penggunaan waktunya untuk menjadi semakin terbiasa dengan kemalasan dan kelemahan.
Dan setelah dia sepenuhnya terlatih dalam kemalasan, dia akan menggunakan kemalasan untuk menolak apa pun yang bisa memperbaiki kehidupannya yang lemah.
Dia tidak memiliki ketertarikan kepada yang selain kemalasan.
Karena, dia rajin hanya untuk satu hal.
Dia sangat rajin untuk bermalas-malasan.
Dan aku tahu bahwa itu bukanlah diri mu.
Engkau jauh dari itu, bahkan jauh dari yang kadang-kadang kau sangkakan atas diri mu sendiri.
Sebetulnya engkau adalah pribadi yang pandai; yang terkadang belum menggunakan kepandaiannya untuk menghebatkan dirinya.
Maka ketahuilah ini, bahwa
Seorang yang pandai dan rajin, tetapi yang sedang sakit keras, dan sudah berbaring lemah di ranjang penantian akhir kehidupannya – tidak memiliki perbedaan dari seorang muda yang sehat, cerdas, dan berbakat, tetapi yang tidak berupaya mengalahkan kemalasannya.
Seorang nenek tua yang bekerja lebih rajin daripada banyak pemuda yang seperempat usianya.
Adik ku yang bertugas untuk membesarkan kehidupan dirinya, keluarganya dan semua saudaranya,
melihatlah ke sekeliling mu, dan engkau akan melihat diri-diri yang kelemahannya menyayat hati mu yang penuh kasih itu, karena
Apakah engkau akan menemukan orang yang lebih malas dari itu?
Tidak ada orang yang lebih malas daripada dia yang malas memberi makan dirinya sendiri.
………..
Adik ku,
jika hati mu bergetar mendengar ini,
itu berarti engkau bukan orang biasa:
Engkau adalah pribadi yang khusus.
Engkau demikian khusus, sehingga cara-cara orang untuk mengenali diri mereka, tidak dapat kau gunakan untuk mengenali diri mu.
Engkau adalah pribadi yang berkelas.
Engkau demikian berkelas, sehingga engkau mengetahui jika orang lain berlaku kurang dari sepenuhnya menghormati mu.
Engkau adalah pribadi yang baik.
Engkau demikian baik, sehingga engkau peka terhadap ketidak-adilan orang lain kepada sesamanya.
Engkau bukan orang biasa.
Itu sebabnya, sebenarnya - dengan berlaku malas engkau hanya mengijinkan diri mu sendiri,
untuk tidak menggunakan kekuatan mu,
untuk tidak melakukan yang kau ketahui harus kau lakukan,
untuk menunda yang seharusnya kau dahulukan,
dan untuk mempertengkarkan hal-hal kecil yang tak pantas bagi pribadi sekelas mu.
………..
Adik ku yang dikhususkan oleh Tuhan, ketahuilah, bahwa,
Seorang yang berkelas tinggi, yang sangat cerdas dan berbakat untuk menjadi pribadi yang mengagumkan, tetapi yang membiarkan dirinya berlumut dalam kemalasan, akan menjadi seorang pengeluh dengan pikiran dan perasaan kelas rendah, dan bergaul dalam pertemanan yang tidak berkelas.
Semua orang yang kau sebut malas itu, adalah biasanya orang yang kau lihat sebagai orang yang lebih rendah dari mu, tetapi yang kau harapkan untuk bersikap lebih berguna.
Maka sadarilah juga, bahwa engkau menjadikan dirimu dilihat lebih rendah oleh orang lain, jika engkau berlaku malas dan tidak memenuhi harapan mereka agar engkau menjadi pribadi yang lebih berguna.
Sebetulnya, siapakah yang akan diuntungkan jika engkau menjadi pribadi yang bernilai?
Siapakah yang akan hidup dalam dirimu, dan yang dan akan merasa damai dan bangga, jika engkau menjadi pribadi yang menyebabkan perbaikan kehidupan bagi orang lain?
Dan apakah mungkin bagimu untuk menjadi penyebab kebaikan bagi kehidupan banyak orang, tanpa engkau sendiri dibaikkan kehidupan mu?
………..
Siapakah yang akan hidup dalam dirimu, dan yang dan akan merasa damai dan bangga, jika engkau menjadi pribadi yang menyebabkan perbaikan kehidupan bagi orang lain?
Dan apakah mungkin bagimu untuk menjadi penyebab kebaikan bagi kehidupan banyak orang, tanpa engkau sendiri dibaikkan kehidupan mu?
………..
Ibu tua yang anggun ini menata barang dagangannya dengan kualitas perhatian yang bisa membuat malu kita yang bekerja hanya menanti gajian.
Sekarang, marilah kita berpihak kepada kecenderungan mu untuk menyalahkan orang lain selain diri mu sendiri atas pelemahan hidup mu.
Karena, memang benar ada kekuatan-kekuatan yang berniat tidak baik terhadap mu.
Mereka telah menjadikan neraka bagi rumah masa depan mereka, karena kesungguhan mereka untuk melemahkan dan menyesatkan kehidupan mu.
Tetapi, mereka hanya akan berhasil – jika engkau tidak mengalahkan gangguan, upaya pelemahan dan penyesatan terhadap mu, dan jika engkau menuduhkan gangguan itu sebagai ketidak-adilan Tuhan.
Adik ku yang kebaikannya adalah hadiah dari kerja keras ku, ketahuilah bahwa
Engkau di-malas-kan, karena mereka tahu bahwa ada rencana besar bagi kehidupan mu.
Mereka tidak akan bersusah-sudah mengganggu mu dengan kemalasan, jika engkau tidak bernilai cukup besar - untuk dikerdilkan.
Hanya karena engkau pribadi terpilih dalam rencana-rencana Tuhan, mereka memilih mu untuk digagalkan.
Janganlah engkau membantu mereka berhasil mengkerdilkan kehidupan mu.
Maka, jika rasa malas itu datang dan muncul dalam relung-relung hati mu, mengkristal di sudut-sudut pikiran mu, dan merambat di antara serat-serat otot mu, tersenyumlah, dan katakanlah ini kepada diri mu:
Sebetulnya aku sedang di-malas-kan,
maka akan ku nikmati rasa malas ini,
tetapi tidak akan ku gunakan rasa ini untuk menunda yang harus ku lakukan,
atau untuk mengurangi kesantunan ku,
atau untuk melalaikan kualitas dan perhatian-baik ku dalam bekerja.
Tidak.
Aku adalah penguasa atas diri ku sendiri.
Aku adalah pribadi yang bernilai dalam semangat-semangat besar ku, dan aku pribadi yang sama bernilai-nya bahkan dalam perasaan-perasaan lemah ku.
Aku pribadi yang bernilai, karena keputusan ku.
………..
Sahabat saya yang mulia hatinya,
Terima kasih atas kesediaan baik Anda untuk mencermati Golden Moment yang tidak pendek ini, karena saya ingin menyampaikan konsep mengenai rasa malas secara lebih utuh, agar kita juga seutuhnya sadar mengenai resiko dan keuntungan dari penggunaan rasa malas dalam kehidupan kita.
marilah kita melebihkan doa dan bantuan bagi saudara-saudara terkasih kita yang sedang terpedihkan hati dan kehidupannya di Sumatera Barat. Marilah kita menjadi pribadi
Sampai kita bertemu dan berjabat-tangan suatu ketika nanti.
super sekali
BalasHapuskata-kata pak mario sangat memotivasi kita
emang masukan dari pak mario gak ada matinya, selalu menenangkan hati,
BalasHapus