Selendang Untuk Ibuku

 Selendang Untuk Ibuku
“kue..kue..kue..kue..
“Suara itu selalu nyaring tedengar setiap pagi di sebuah desa terpencil yang penduduknya rata-rata berdagang sebagai mata pencahariannya.
Seorang anak yang memiliki kekurangan pada fisiknya,Alief  ya.. anak itu,,penjaja kue itu bernama Alief.ia hanya tinggal dengan seorang nenek yang juga memiliki kekurangan fisik,nenek Alief mengalami kebutaan semenjak dua tahun yang lalu.



 Saat itu Alief masih berumur 7 tahun,saat ia masih membutuhkan kasih sayang  seorang Ibu,membutuhkan perhatian seorang Ibu ,tetapi itu semua tidak Alief  dapatkan,karena sang Ibu telah meninggalkan Alief  ke kota besar ,setelah Ayah Alief  lebih dulu pergi karena kecewa dengan kondisi fisik Alief yang terlahir tidak sempurna,sejak lahir terdapat kelainan pada kakinya,yang hanya mampu berjalan dengan sebelah kakinya.

  Setelah kepergian ayahnya ,Ibu Alief merasa depresi dan kecewa,di tambah lagi dengan kondisi alief yang tidak sempurna.Akhirnya setelah berdepat panjang dengan nenek Roz,Ibu Alief pun pergi ke Jakarta.
      “ Bu,,aku sudah tidak tahan dengan keadaanku sekarang…!Aku tidak terima melihat kondisi Alief dan kepergian mas Pur,kondisi ekonomi kita pun rasanya sangat sulit sekali.”
    Itulah alasan Dewi untuk pergi ke luar kota dan meninggalkan Alief berdua dengan neneknya di Desa.
Nenek yang sudah tua rentahpun lama – lama kehilangan  indra penglihatanya,karena penyakit katarak yang sudah lama di deritanya.
    Kini Alief telah tumbuh menjadi anak yang mandiri dan kreatif,dia di kenal sebagai anak yang periang dan cerdas. Setelah 17 tahun semenjak kepergian Ibunya,Alief dan nenek berusaha menghidupi kebutuhan mereka dengan berjualan kue, kepandaian nenek membuat aneka jajanan pasar membuat mereka dapat bertahan hidup sampai sekarang , untung saja untuk biaya sekolah Alief selalu mendapat beasiswa karena kecerdasanya.
    “ Sepertiga malam setelah Alief dan nenek selesai mencurahkan segala  keluh kesahnya di dunia kepada sang pencipta,Dengan melakukan Qiyamul Lail,mereka berdua saling membantu untuk membuat jajanan pasar untuk Alief  jajakan keesokan paginya di sekitar kampung bahkan kampung tetangga.
    “ Nek,,Alief rindu sekali dengan Ibu,Rasanya Alief ingin sekali bertemu Ibu lebaran nanti.”
  ‘sabar ya Lief,kita berdo’a saja,mudah-mudahan lebaran nanti Ibumu bisa pulang,tapi nenek minta Alief jangan terlalu berharap ya nak,,,
  Yaa bertahun-tahun alief  selalu menantikan kepulangan Ibunya.bahkan ia sudah menyisipkan sebuah selendang yang ia beli di pasar saat menemeni nenek belanja  kebutuhan untuk membuat kue.sambil terus berharap dan berdo’a Ibunya akan kembali dan menemuinya dan nenek.
    “ Bulan berganti bulan akhirnya Alief memutuskan untuk menyusul dan mencari ibunya di Jakarta.
  “lief,,apa alief tidak sayang pada nenek,bagaimana nasib nenek kalau alief ke Jakarta.
    “ Nek, Alief sayang sekali dengan nenek , tapi Alief juga rindu  sekali nek dengan  Ibu, Alief ingin sekali saja bertemu dengan Ibu dan memberikan selendang ini sebagai hadiah untuk Ibu.dan akhirnya malam pun tiba …sang nenek sedang tertidur lelap , Alief perlahan lahan membuka pintu..tekad Alief sudah bulat dalam hatinya Alief  berkata “ lebaran nanti aku ingin melihat Ibuku memakai selendang ini “ Tapi…apakah dengan uang Rp50.000 aku bisa ke Jakarta.
    “ Alief terus berfikir dan memutar otak,ia terus keluar rumah dan terus berjalan ke luar kampung sampai tiba-tiba ia melihatmobil Truck lek parno yang sedang parker,lek Parno tetangga Alief biasa mengantarkan barang-barang dagnganke luar kota.diam –diam Alief masuk ke dalam truck lek parno yang berisi pisang-pisang yang akan di hantar ke Jakarta,tanpa sepengetahuan lek Parno,  Alief sudah berada di antara tumpukan pisang-pisang tersebut.
    “ selepas subuh akhirnya truck lek Parno sampai di pinggiran kota Jakarta,Alief terbangun dari tidurnya dan segera sadar bahwa ia sampai di kota besar.
    “ sesampainya di Jakarta , alief singgah dan tidurdi masjid-masjid secara berganti-ganti. Sudah hamper satu minggu Alief berada dijakarta,uang persediaan yang ia bawa pn semakin menipis, tapi belum juga ada tanda-tanda keberadaan Ibunya.hanya dengan modal foto using dan sebait nama ia berusaha keras bertanya kepada orang-orang yang ia jumpai keberadaan ibunya .
    “ Siang hari selepas dazuhur , ia termenung di teras masjid dan sambil berfikir bagaimana caranya ia dapat bertahan hidup di Jakarta dan bertemu dengan ibunya.” Tiba-tiba salah seorang pengurus masjid mendekati Alief dan merekapun terlibat pembicaraan obrolan panjang, sampaiakhirnya alief di tawari pekerjaan menjadi tukang kebun di sebuah rumah mewah yang letakna tak jauh diari lokasi masjd tersebut.
    “ Alief menyambut pekerjaan tersebut dengan suka cita tanpa Ba-Bi-Bu Alief langsung mengangguk mengiyakan tawaran tersebut, pak Marno lalu mengantar Alief ke rumah di mana Alief akan bekerja.
    “ Alief pun di terimanya dengan baik di rumahnya tersebut. Alief beruntung memiliki majikan yang sangat baik dan dermawan Ibu Dewi sangat lembut dan penyabar , sedangkan pak Rio sangat tegas dan bijaksana.
    “ awal pertemuan Alief dengan kedua majikannya, Alief seperti merasa ada ikatan batin terhadap Bu Dewi , begitu pun yang di rasakan Ibu Dewi, keyakinan Alief bertambah kuat setelah Pak Marno memanggil dengan sebutan “ Neng Dewi “ Alief semakin yakin bahwa Bu Dewi adalah Ibunya yang sudah lama meninggalkanya.Alief merasa senang sekaligus sedih, karena Bu Dewi tidak segera mengetahui bahwa Alief adalah anaknya.
    “ dari lubuk hati yang paling dalam sesungguhnya bu Dewi sudah mengetahui bahwa alief adalah anaknya yang ia tinggalkan selama 10 tahun lamanya.tetapi ia belum sanggup mengakui hal terebut , karena ia takut kalau suaminya akan mngetahui bahwa ia bukan lagi seorang gadis saat menikah  dengannya.
    “ satu bulan sudah Alief menahan gejolaknya untuk dapat segera memeluk Ibunya , tetapi ia belum berani mengatakan yang sebenarnya, takut kalau ia tidak di percaya dan di pecat dari pekerjaannya dan ia tidak bisa melihat ibunya lagi . Alief sudah cukup puas dengan melihat wajah dan senyum  ibunya setiap hari , walaupun hanya sebagai tukang kebun dan majikan .
    “ bulan berganti bulan , setelah Alief bekerja di rumah tersebut akhirnya alief memutuskan untuk kembali ke kampung karena ia teringat keadaan  neneknya yang semakin tua , sepanjang malam Alief  merenung
Apakah  sebaiknya ia berkata jujur siapa dirinya atau tetap menyimpannya rapat-rapat . Alief hanya ingin memberikan selendang tersebut kepada ibunya dan memeluk ibunya walau hanya sekalii saja.

Besok adalah hari terakhir bulan Ramadhan, Alief semakin yakin akan merayakan idul fitri bersama neneknya di kampung.

Selepas subuh, ia berpamitan kepada bu Dewi dan pak Rio bahwa ia akan berlebaran di kampong bersama neneknya, saat itu juga bu dewi terkejut dan menangis ingin sekali ia memeluk Alief dan melarangnya pergi dari sisinya.

Setelah brsalaman Alief  akhirnya memberikan selendang itu kepada bu Dewi sebagai kenang-kenangan darinya. Bu Dewi pun menangis sejadi-jadinya,pak Rio sangat heran melihat reaksi yang ditimbulkan istrinya. Alief pun menitikan air mata ketika akan melangkahkan kaki keluar. Bu Dewi dan pak Rio mengantarkan Alief  sampai ke gerbang depan. Saat itu rasanya bu Dewi sudah tidak tahan lagi menyimpan rahasia dan perasaanya. Saat Alief hendak menyebrang jalan raya menuju ke taxi yang telah dipesan, tiba-tiba bu Dewi memanggil Alief. Seketika itu juga Alief menoleh kebelakang dan tidak menghiraukan ada sebuah mobil yang melaju dengan kencang. Dan Braaaaakkkkk….
Ibu Dewi histeris dan berteriak “ Aliiiefff Anakkuuu….
Lalu serta merta berlari menghampiri Alief yang sudah dibanjiri dengan darahnya sendiri lalu memeluknya.


“ Anakku… Maafkan Ibu nak… (sambil terisak)..
Dengan terbata-bata menahan sakit, Alief  berkata “ ii…iii..bu.. A..a..lieef  sa.. yang.. dan kangen.. se.. ka..li.. dengan ibu..”

Seketika itu Alief menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Alief tersenyum sambil menutup matanya. Selendang itu menjadi saksi kepergian Alief…

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan Isi Saran Dan Kritik Anda...